Niatnya sih mau ke Pulao Kosong. Tapi nyampe di Pantai Weref,tinggal nyebrang 5 menit ke Pulau Kosong, kami malah tersangkut. Lebih tertarik ikut nimbrung bermain dengan anak-anak nelayan. Annas, Adam dan Iqral yang sedang mancing di dermaga. Pantai Weref adalah sebuah kampung dengan rumah-rumah panggung yang di huni oleh para nelayan. Jalannya terbuat dari papan dicat biru.
“Jalan papan panjang biru ini namanya jembatan biru,kakak” jelas Iqral
“Ayo kakak,kami temani sudah keliling jalan-jalan”
Wow! Mereka mau ngajak kami keliling jembatan biru. Hore! Anak-anak memang selalu bersahabat. Dan rupanya mereka suka bercerita dan suka beraksi. Hebat kan anak-anak ini.
“Kakak-kakak, ini saya bisa gerakan kalajengking”
“Kakak-kakak, saya bisa rege-rege”
Kami tertawa geli melihat ulah mereka. Bermain dengan anak-anak memang selalu menyenangkan. Berwarna-warni berpelangi. Kami berkeliling jembatan biru dari ujung ke ujung sambil cerita dan tentu saja ditambah aksi-aksi seru mereka. Dari mereka kami tahu, kalo di Pulau Kosong di huni oleh penduduk kristen asal Biak. Tepat dibelakangnya ada pulau yang di huni penduduk muslim. Toleransi dan kerukunan beragama sangat erat disana, gak ada perang-perang yang kayak disiarkan TV. Di seberang jauh sana namun masih kelihatan ada Pulau Tengkorak,isinya banyak tengkorak. Dan naik perahu ke Pulau Kosong biayanya cuma Rp 2000,- tadi sebelumnya kami ditawari sewa perahu Rp 70.000,- bertiga. Wow! Terpujilah malaikat-malaikat kecil penolong ini. Banyak informasi.
Pelajaran sejarah mereka juga hebat. Mereka bercerita tentang bendera belanda merah putih biru yang dirobek di Surabaya. Dan kata mereka dulu pada masa penjajahan, Belanda sering bersembunyi di balik gunung belakang kampung mereka. Kalo yang ini saya tidak tahu mereka benar apa ngarang :p
Dan kami juga tidak mau kalah bertanya. Kalian sekolahnya dimana? Tadi sekolah diajari apa? Jauh gak? Cita-citanya apa? Pengen sekolah tinggi gak? Hapal Pancasila dan Indonesia Raya? Pertanyaan terakhir ini dijawab lengkap disebutkan satu-satu,kompak. Saya yakin, banyak orang di kota-kota yang tidak hapal atau malah lupa Pancasila dan Indonesia Raya. Wow sekali kan anak-anak ini.
Ditengah jembatan kami bertemu dengan teman-teman mereka yang sedang berenang. Ternyata memang anak-anak ini sangat suka difoto, sudah ada ratusan lebih foto mereka, dan tentu saja suka beraksi.
“Kakak lihat! saya bisa salto dari jembatan trus berenang”
“Kakak,saya malah bisa salto terbalik trus berenang.."
“Saya bisa menyelam...”
“Saya bisa……”
“Saya bisa……”
Kata-kata itu. Saya bisa. Sangat berenergi,bukan? Sangat bersemangat. Kata-kata yang berdampak hebat jika semua orang meyakininya. Kata-kata ajaib. Kata-kata dari anak-anak kampung nelayan di pelosokan.
Sedihnya,di kantong saya cuma ada Rp 20.000,- di tambah uang 2 teman saya yang juga sedang sama-sama kantong tipis, tapi Alhamdulillah lumayan cukup untuk membelikan mereka susu satu-satu. Cepat tumbuh, sehat-sehat ya.. Kalian ditunggu.
kampung nelayan |
Jembatan biru |
Adam, Annas, Iqral |
Gerakan kalajengking |
rege-rege |
salto dari jembatan |
loncat-loncat |
anak-anak jembatan biru |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar